Perilaku Etis (Aspek, Prinsip, Indikator dan Faktor yang Mempengaruhi)

Perilaku Etis (Aspek, Prinsip, Indikator dan Faktor yang Mempengaruhi)

 

Perilaku etis adalah sikap dan perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum karena berhubungan dengan tindakan yang baik, benar, bermanfaat dan tidak membahayakan. Etis sering dikaitkan dengan tingkah laku perbuatan seseorang yang dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

Perilaku etis merupakan bentuk-bentuk tindakan yang sesuai degan norma sosial yang dapat diterima secara umum. Perilaku etis dalam diri masing-masing individu berkembang sepanjang waktu. Oleh karena itu, setiap orang akan menunjukkan perubahan yang terus menerus terhadap perilaku etis. Perilaku etis dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, organisasi, lingkungan organisasi, dan masyarakat umum.

Prinsip-prinsip dalam perilaku etis merupakan tuntutan bagi perilaku moral. Contohnya antara lain adalah kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises), membantu orang lain (helping others), dan menghormati hak-hak orang lain (the rights of others). Sementara itu, berbohong, mencuri, menipu, membahayakan/merugikan orang lain adalah contoh penyimpangan dari prinsip perilaku etis.

Perilaku etis seseorang juga sering kali mengacu pada apa yang diyakini. Teori sikap dan perilaku dapat mempengaruhi individu untuk bertindak jujur, tegas, adil tanpa dipengaruhi tekanan maupun permintaan diri. Perilaku etis terbukti dapat memberikan manfaat yang besar terhadap organisasi di antaranya perilaku etis dapat meningkatkan produktivitas rekan kerja, perilaku etis juga mampu meningkatkan produktivitas manajer. Selain itu, perilaku etis juga dapat mempertahankan stabilitas kinerja organisasi, membantu kemampuan organisasi untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Pengertian Perilaku Etis 

Berikut definisi dan pengertian perilaku etis dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Griffin dan Ebert (2006), perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan tindakan yang benar dan baik.
  • Menurut Tikollah, dkk (2006), perilaku etis adalah sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan.

Aspek-aspek Perilaku Etis 

Menurut Robbins dan Judge (2008), aspek-aspek perilaku etis di perusahaan atau organisasi dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

  • Menghargai hubungan. Dengan menghargai hubungan antara sesama rekan kerja, pegawai cenderung mempertimbangkan implikasi etis dari tindakan-tindakan mereka terhadap individu lain. Seperti menghargai pendapat orang lain, menghormati sesama rekan kerja, tidak mencela ataupun menghina hasil kerja orang lain.
  • Kedisiplinan. Keinginan yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan. Kedisiplinan pegawai dapat dilihat dari sikap taat pegawai pada peraturan yang berlaku di dalam perusahaan, tingkah laku pegawai di dalam perusahaan yang mencerminkan pegawai yang disiplin seperti bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan perusahaan, menggunakan dan memelihara barang-barang milik perusahaan sebaik-baiknya, melakukan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan rasa tanggung jawab.
  • Kesetiaan terhadap organisasi. Kesetiaan pegawai terhadap organisasi dapat menunjukkan seberapa besar loyalitas pegawai terhadap organisasi dengan menjaga dan membela organisasi, mengutamakan kepentingan organisasi, serta mampu menyimpan rahasia organisasi dengan baik.
  • Kehadiran. Kehadiran merupakan keikutsertaan pegawai secara fisik dan mental terhadap aktivitas kerja pada jam-jam efektif kerja. Kehadiran dapat dilihat dari hadirnya pegawai setiap hari kerja, ketepatan jam masuk dan pulangnya pegawai, dan tidak meninggalkan kantor pada jam kerja.

Prinsip-prinsip Perilaku Etis 

Menurut Arens (2006), terdapat beberapa prinsip-prinsip etis yang berkaitan dengan perilaku etis pada seseorang yang berlaku di lingkungan perusahaan atau organisasi, yaitu sebagai berikut:

 

  1. Tanggung jawab. Dalam mengemban tanggung-jawabnya sebagai profesional, para anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktivitas mereka.
  2. Kepentingan publik. Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, serta menunjukkan komitmennya dan profesionalnya.
  3. Integritas. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas tinggi.
  4. Objektivitas dan independensi. Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.
  5. Keseksamaan. Anggota harus mempertahankan standar teknis dan etis profesi, terus berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab profesional serta sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
  6. Ruang lingkup dan sifat jasa. Anggota yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan ruang lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.

Indikator Perilaku Etis 

Menurut Eileen Rachman (2006), terdapat beberapa indikator yang menjadi ciri-ciri seseorang sudah menjalankan perilaku etis, antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Memahami dan mengenali perilaku sesuai kode etik yaitu mengikuti kode etik profesi, jujur dalam menggunakan dan mengelola sumber daya di dalam lingkup atau otoritasnya, dan memastikan bahwa apa yang dilakukan itu tidak melanggar kode etik.
  2. Melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinan yaitu melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinan, berbicara tentang ketidak-etisan meskipun hal itu akan menyakiti kolega atau teman dekat dan jujur dalam berhubungan dengan orang lain.
  3. Bertindak berdasarkan nilai dan norma meskipun sulit untuk melakukan itu yaitu secara terbuka mengakui telah melakukan kesalahan, berterus terang dalam segala hal.
  4. Bertindak berdasarkan nilai dan norma walaupun ada risiko atau biaya yang cukup besar yaitu mengambil tindakan atas perilaku orang lain yang tidak etis, meskipun ada risiko yang signifikan untuk diri sendiri dan pekerjaan, bersedia untuk mundur atau menarik produk/jasa karena praktik bisnis/kinerja yang tidak etis, menentang orang-orang yang mempunyai kekuasaan demi menegakkan nilai (values) dan norma.

Adapun menurut Arens (2006), indikator perilaku etis dalam sebuah perusahaan atau organisasi adalah sebagai berikut:

  1. Kode perilaku organisasi. Organisasi/perusahaan dan karyawan harus senantiasa mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku, dengan semua perilaku bisnis jauh melebihi standar minimum yang di syaratkan oleh Undang-undang. Hal ini di lakukan agar perusahaan tidak menyimpang atau melakukan kecurangan karena segala aktivitas harus di dasari dengan aturan hukum dan Undang-undang yang berlaku.
  1. Perilaku umum pegawai. Organisasi mengharapkan para karyawannya berperilaku lugas dan melarang aktivitas yang tidak profesional, seperti minum-minum, berjudi, berkelahi, dan menyumpah, jika sedang bekerja. Karyawan yang berperilaku tidak profesional dapat mengganggu aktivitas bisnis perusahaan.
  2. Hubungan dengan klien dan pemasok. Karyawan harus menghindari investasi dalam atau membeli kepentingan keuangan dalam setiap organisasi bisnis yang memiliki hubungan kontraktual dengan perusahaan.
  3. Berurusan dengan orang dan organisasi luar. Karyawan harus berhati-hati dalam memisahkan peran pribadi mereka dengan jabatannya pada organisasi ketika berkomunikasi mengenai masalah-masalah yang tidak melibatkan bisnis organisasi.
  4. Komunikasi yang sigap. Semua karyawan harus melakukan segala upaya untuk mencapai komunikasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu menyangkut semua masalah yang berhubungan dengan pelanggan, pemasok, otoritas pemerintah, masyarakat dan pihak lain dalam organisasi.
  5. Privasi dan kerahasiaan. Karyawan harus mengumpulkan, menggunakan, dan menyimpan informasi yang hanya di perlukan bagi bisnis organisasi ketika menangani keuangan dan informasi pribadi tentang pelanggan serta pihak lain yang berhubungan dengan organisasi, sementara akses internal ke informasi harus dibatasi pada mereka yang memiliki alasan bisnis yang sah untuk mencari informasi itu.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etis 

Menurut Griffin (2003), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku etis pada seseorang, antara lain yaitu sebagai berikut:

  1. Keakuran (agreeableness), merupakan kemampuan seseorang untuk memiliki hubungan baik dengan orang lain. Keakuran menyebabkan sejumlah orang menjadi lembut, kooperatif, mau memaafkan, mau memahami, dan bersikap baik dalam berurusan dengan orang lain. Individu yang sangat akur cenderung lebih mampu membangun hubungan kerja yang baik dengan rekan kerja, bawahan, manajer-manajer level lebih tinggi, sementara individu yang kurang cenderung memiliki hubungan kerja yang buruk.
  2. Kesungguhan (conscientiousness), merupakan jumlah tujuan yang menjadi fokus seseorang. Individu yang fokus pada tujuan-tujuan yang relatif lebih sedikit pada suatu waktu tertentu lebih terorganisir, sistematis, hati-hati, komprehensif, bertanggung jawab dan mempunyai disiplin diri dari saat bekerja meraih tujuan-tujuan ini. Individu yang lebih bersungguh-sungguh cenderung berkinerja lebih baik dari pada individu yang kurang bersungguh-sungguh di dalam ragam pekerjaan.
  3. Emosionalitas negative (negative emotionality), merupakan individu dengan emosionalitas negatif yang rentang, santai, dan percaya diri. Sebaliknya individu yang memiliki emosionalitas negatif yang tinggi akan lebih tidak tenang, gelisah, reaktif, dan moodnya bias sangat bergejolak. Individu yang memiliki emosionalitas negatif rendah menangani stres, tekanan, dan ketegangan secara lebih baik.
  4. Ekstroversi (extraversion) level kenyamanan seseorang terhadap hubungan. Individu yang ekstrover lebih mudah bergaul, suka bicara, dan terbuka terhadap hubungan baru, sedangkan individu introvert sulit bergaul, jarang berbicara, serta kurang terbuka terhadap hubungan baru. Individu yang ekstrover secara umum memiliki kinerja lebih tinggi di banding introvert.
  5. Keterbukaan (openness), merupakan kekakuan keyakinan dan lingkup minat seseorang. Individu yang memiliki tingkat keterbukaan tinggi mau menerima ide baru dan mau mengubah ide, keyakinan dan sikap mereka sendiri setelah menerima informasi baru.

 

Baca Juga Artikel Manajemen  lainnya :

 

 

Daftar Pustaka

  • Griffin, R.W., dan Ebert, R.J. 2006. Bisnis. Jakarta: Erlangga.
  • Tikollah, Ridwan, dkk. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
  • Robbins, S.P., dan Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
  • Arens, A.A., dkk. 2006. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga.
  • Rachman, Eileen. 2006. The Boss is Always Right?. Jakarta: KOMPAS.
  • Griffin, Jill. 2003. Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Pelanggan. Jakarta: Erlangga.

 

Back To Top
Open chat
1
Scan the code
Ada yang Dapat kami bantu Mau Buat Skripsi ? Tesis atau Olah Data ?